Desa Wisata Sukarara
Sumber gambar: Abbu Abbah
Desa Sukarara merupakan salah satu desa yang sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda tahun 1755 yang terletak di kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Raden Anugerah dan Raden Cempake merupakan pendiri Desa Sukarara yang berasal dari Pujut. Pada masa itu, Raden Anugerah menjabat pada bidang pemerintahan sebagai Kepala Adat sedangkan Raden Cempake menjabat pada bidang pertanian sebagai pengelola kegiatan pertanian desa.
Sukarara merupakan gabungan dari kata “Suka” yang berarti senang dan “Rara” yang berarti menerima dalam kondisi apapun. Maka, makna dari Sukarara yakni bahwa dalam segala kondisi apapun, masyarakat Sukarara tetap memiliki rasa bersyukur dalam menerima kondisi yang terjadi dilingkup desanya. Hingga saat ini, masyarakat Sukarara masih berpegang teguh pada prinsip dan kebiasaan secara turun menurun dari leluhur.
Desa Sukarara dikenal sebagai “Sentral Kain Tenun di Pulau Lombok” atau dengan arti lain yakni penghasil kain tenun terbaik di pulau lombok. Kain tenun Sukarara memiliki berbagai macam motif dan harga yang bervariatif. Harga yang ditawarkan pada setiap motif kain tenun yaitu berdasarkan dengan bahan yang digunakan. Kaum wanita Sukarara memberdayakan diri atas potensi diri yang dimiliki, yakni keterampilan dalam menenun. Sehingga, sebagian besar masyarakat Sukarara terutama kaum wanita yakni berprofesi sebagai penenun. Oleh karena itu, di Desa Sukarara banyak ditemukan tempat tinggal warga yang juga dijadikan sebagai industri kain tenun, butik, dan artshop.
Kain tenun Sukarara memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga masyarakat setempat menjadikannya sebagai mata pencaharian. Selain itu, kain tenun yang dihasilkan pun memiliki berbagai warna dan motif yang berbeda serta memiliki makna di dalamnya. Tentunya, hal tersebut merupakan kaunikan yang dimiliki dari kain tenun Sukarara. Seiring perkembangan zaman, kain tenun Sukarara pun dapat dimodifikasi menjadi busana yang fashionable yang dapat digunakan sebagai busana kantor, pesta, adat, dan sehari-hari.
Keunikan dari Desa Sukarara salah satunya adalah bahwa kaum wanita Sukarara diwajibkan untuk memiliki keterampilan menenun sedari kecil hingga dewasa. Keterampilan tersebut nantinya menjadi syarat wajib kaum wanita Sukarara untuk melakukan pernikahan. Apabila kaum wanita Sukarara belum memiliki keterampilan menenun namun nekat melakukan pernikahan, maka hal tersebut merupakan pelanggaran yang akan dikenakan sanksi dengan berupa hasil panen padi dan beras hingga uang.
Sumber gambar: Abbu Abbah
Festival Begawe Jelo Nyensek merupakan salah satu tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Sukarara. Dalam Festival Begawe Jelo Nyensek, kaum wanita Sukarara berkontribusi memeriahkan acara tersebut dengan membuat kain tenun secara masal serta dimeriahkan juga oleh kesenian tradisional lombok. Pada foto diatas, Festival Begawe Jelo Nyensek dilaksanakan pada tahun 2019 di Dusun Blong Daye dan Blong Lauq, Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, NTB.
Desa Wisata
Destinasi Wisata Terpopuler